Oleh: Kurnia Astiani, S.Pd.T., M.M. – Guru Informatika SMP4 Pakem
Filosofi Ki Hajar Dewantara yang terkenal dengan konsep Pratap Triloka (Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani) sangat relevan dengan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin. Filosofi ini menekankan pentingnya pemimpin untuk menjadi teladan (Ing Ngarsa Sung Tuladha), memberikan dorongan dan semangat di tengah-tengah (Ing Madya Mangun Karsa), serta mendukung dari belakang (Tut Wuri Handayani). Dalam konteks dilema etika, pemimpin pendidikan harus mampu menunjukkan perilaku etis, memberikan motivasi kepada guru dan siswa, serta mendukung mereka dalam menghadapi tantangan etika.
Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita sangat mempengaruhi prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan keputusan. Nilai-nilai seperti kejujuran, keadilan, dan tanggung jawab menjadi dasar dalam menentukan pilihan yang tepat ketika dihadapkan pada dilema etika. Misalnya, dalam kasus guru yang mengetahui siswa menyontek, nilai kejujuran akan mendorong guru untuk menegur siswa tersebut meskipun ada risiko hubungan yang kurang harmonis dengan siswa atau orang tua.
Materi pengambilan keputusan berkaitan erat dengan kegiatan coaching yang diberikan oleh pendamping atau fasilitator. Coaching membantu calon guru penggerak untuk merefleksikan keputusan yang telah diambil, mengevaluasi efektivitasnya, dan mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki. Sesi coaching memungkinkan guru untuk mengajukan pertanyaan dan mendapatkan umpan balik konstruktif, sehingga dapat meningkatkan kemampuan dalam mengambil keputusan yang lebih baik di masa depan.
Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosional sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan, terutama dalam menghadapi dilema etika. Guru yang mampu mengendalikan emosi dan memahami perasaan orang lain akan lebih bijaksana dalam membuat keputusan yang adil dan etis. Misalnya, dalam situasi konflik antara siswa, guru yang tenang dan empatik akan lebih mampu menemukan solusi yang menguntungkan semua pihak.
Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika selalu kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik. Studi kasus membantu guru untuk mengidentifikasi nilai-nilai yang penting, seperti integritas dan keadilan, dan menerapkannya dalam pengambilan keputusan. Misalnya, dalam kasus perkelahian siswa, guru harus menyeimbangkan antara memberikan hukuman yang adil dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar dari kesalahan mereka.
Pengambilan keputusan yang tepat berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman. Keputusan yang didasarkan pada nilai-nilai etis akan membangun kepercayaan dan rasa hormat di antara siswa, guru, dan orang tua, serta menciptakan budaya sekolah yang mendukung pembelajaran dan perkembangan moral. Tantangan dalam pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika di lingkungan sekolah seringkali berkaitan dengan perubahan paradigma. Misalnya, pergeseran dari pendekatan otoriter ke pendekatan yang lebih kolaboratif dan partisipatif. Guru perlu menyesuaikan diri dengan perubahan ini dan mengembangkan keterampilan baru dalam pengambilan keputusan yang inklusif dan berbasis nilai-nilai kebajikan.
Pengambilan keputusan yang tepat sangat berpengaruh terhadap pengajaran yang memerdekakan murid-murid. Keputusan yang mempertimbangkan potensi dan kebutuhan individu murid akan membantu mereka berkembang secara optimal dan merdeka dalam belajar. Guru harus mampu menyesuaikan metode pembelajaran dengan karakteristik dan potensi masing-masing murid. Seorang pemimpin pembelajaran yang bijak dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya secara signifikan. Keputusan yang adil dan etis akan memberikan contoh yang baik bagi murid dan membantu mereka mengembangkan nilai-nilai moral yang kuat.
Kesimpulan akhir dari pembelajaran modul ini adalah bahwa pengambilan keputusan yang etis dan berbasis nilai-nilai kebajikan sangat penting dalam peran sebagai pemimpin pembelajaran. Pemahaman tentang dilema etika, bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan sangat membantu dalam menghadapi situasi sulit. Pembelajaran ini juga terkait dengan modul-modul sebelumnya yang menekankan pentingnya pengembangan karakter dan kepemimpinan yang etis.
Sebelum mempelajari modul ini, saya tentu pernah menerapkan pengambilan keputusan dalam situasi moral dilema, namun pembelajaran modul ini memberikan kerangka kerja yang lebih sistematis dan reflektif. Dampak dari mempelajari konsep ini adalah peningkatan kemampuan dalam mengambil keputusan yang lebih bijak dan etis, serta perubahan cara pandang dalam menghadapi dilema etika. Mempelajari topik modul ini sangat penting bagi saya sebagai individu dan sebagai pemimpin. Pemahaman yang mendalam tentang dilema etika dan pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan akan membantu saya menjadi pemimpin yang lebih efektif, adil, dan inspiratif dalam lingkungan pendidikan.