Foto : Kegiatan peningkatan kompetensi guru kerja sama dengan UNY secara daring dan luring
Menghadapi tantangan pendidikan era abad 21, tentu saja memerlukan banyak persiapan, termasuk kesiapan guru-guru sebagai pihak yang membersamai peserta didik dalam proses belajar mengajar. Saat ini baik para akademisi, praktisi, dan pemangku kebijakan, bergerak bersama dalam memfasilitasi peserta didik agar memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi/HOTS. Keterampilan berpikir ini sangat penting untuk membekali peserta didik bersaing di dunia global. Hal ini sejalan dengan ketercapaian keterampilan abad 21 karena mendorong peserta didik untuk berpikir secara kritis dalam menerima berbagai informasi serta berpikir kreatif dalam memecahkan masalah. Keterampilan berliterasi juga dinilai sangat penting. Mengutip kalimat Alvin Toffler, seorang futurist, yang diterjemahkan secara bebas, “Orang-orang yang gagap literasi di abad ke-21 bukan mereka yang tak bisa baca tulis, tetapi mereka yang tak memiliki kemampuan untuk learn, unlearn, dan relearn.”
Semua orang yang mencapai kesuksesan dalam hidup di bidang apapun mempunyai satu kesamaan, yaitu mereka adalah pebelajar sepanjang hayat. Konsep “Belajar Sepanjang Hayat” juga dipegang erat oleh guru-guru SMP Negeri 4 Pakem. Salah satunya, dengan mengikuti berbagai aktivitas yang dapat meningkatkan kompetensi sebagai guru profesional. Sebanyak 7 guru, yang terdiri dari 2 guru matematika, 2 guru IPA, 1 guru Bahasa Inggris, dan 1 guru Bahasa Indonesia yang selalu dibersamai kepala sekolah, mengikuti Workshop penyusunan perencanaan pembelajaran (RPP) berbasis HOTS-Literacy. Workshop ini berlangsung selama kurang lebih dua bulan baik secara daring maupun luring terhitung mulai tanggal 22 September 2021. Kegiatan luring dilaksanakan sebanyak 6 kali yaitu 22-23 September 2021 di Hotel Ultima Riss Yogyakarta, 8-9 Oktober 2021 di Hotel Grand Inn Malioboro, 24-25 November 2021 di Hotel Dafam Fortuna dan Hotel Tentrem. Sedangkan kegiatan daring dilaksanakan situasional berdasar kebutuhan melalui zoom meeting atau grup whatsapp.
Pada tahap awal, guru mendalami bagaimana menyusun perencanaan pembelajaran berbasis HOTS-Literacy. Selain itu, guru juga mendapatkan pengalaman mengerjakan soal-soal literasi dan numerasi yang dikembangkan oleh Pusat Asesmen dan Pendidikam (Pusmendik). Tak berhenti pada materi saja, workshop ini berlanjut ke penelitian tindakan kelas. Setiap guru berkolaborasi dengan 1 mahasiswa untuk menyusun perangkat pembelajaran berbasis HOTS-Literacy untuk diimplementasikan dalam penelitian tindakan kelas. Dalam pelaksanaannya, guru bertindak sebagai guru model, sementara mahasiswa dan dosen menjadi observer dalam pengambilan data. Selanjutnya, guru dan mahasiswa dengan pendampingan dosen menyusun laporan akhir yang digunakan untuk penyusunan artikel ilmiah yang akan dipublikasikan ke suatu jurnal.
Kolaborasi antara akademisi dan praktisi ini dapat memberikan pengalaman sekaligus bekal bagi guru untuk mengembangkan bahan ajar yang mampu mefasilitasi peserta didik dalam meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Guru juga dilatih untuk terampil dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dan menuliskan hasilnya dalam laporan dan juga artikel ilmiah. Dengan ini guru akan terlatih mengadakan PTK secara mandiri untuk memperbaiki proses pembelajaran. Harapannya, guru juga mampu melakukan kajian terhadap apa yang terjadi di kelasnya dan solusi atas masalah tersebut. “Semoga ke depan semakin banyak kegiatan seperti ini sehingga dapat meluas ke semua mata pelajaran lain”, ucap Pak Ponidi di akhir kegiatan workshop secara luring.