Serli Evidiasari1, Risma Arifa Dewi2, Muhammad Fauzan3
SMP Negeri 4 Pakem1
Universitas Negeri Yogyakarta2,3
serlievidiasari17@guru.smp.belajar.id
Abstrak—Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi berpikir tingkat tinggi siswa melalui metode pembelajaran matematika dengan pendekatan worked example materi operasi bentuk aljabar. Pendekatan worked example adalah pendekatan pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan berdasarkan Cognitive load theory. Dengan pembelajaran matematika yang dirancang berdasarkan kemampuan kognitif siswa, diharapkan kemampuan berpikir tingkat tinggi sebagai tujuan dari pembelajaran matematika dapat tercapai dengan efektif dan efisien. Penelitian ini melibatkan guru-guru matematika di Sleman, Yogyakarta. Sebagai guru partisipan pelaksana tindakan adalah guru matematika di SMP Negeri 4 Pakem yang merupakan bermitra dengan peneliti dari Pendidikan Matematika UNY. Tahapan penelitian meliputi plan, do, observe, and reflect. Plan adalah kegiatan perencanaan pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif antara tim peneliti dan guru-guru matematika. Do adalah kegiatan pelaksanaan pembelajaran dan observe adalah kegiatan mengamati proses pembelajaran, dan reflect adalah merefleksikan hasil pembelajaran. Hasil tindakan dideskripsikan berdasarkan data penelitian dikumpulkan dari pemberian tes sebelum dan setelah pembelajaran, serta catatan peneliti selama proses pembelajaran.
Kata kunci: PTK, Berpikir Tingkat Tinggi, Worked Example, Bentuk Aljabar
I. Pendahuluan
Pendidikan adalah proses dinamis yang selalu memerlukan inovasi dan perbaikan dari waktu ke waktu. Oleh sebab itu, pengembangan berbagai pendekatan yang positif sangat diperlukan agar pendidikan itu mampu bergerak dinamis mengimbangi proses perubahan yang paling aktual, dengan mendekatkan antara teori dan praktik pendidikan di kelas. Penelitian Tindakan kolaboratif adalah suatu kegiatan penelitian instruksional yang melibatkan sekelompok pendidik (guru, dosen atau mahasiswa calon guru) yang secara bersama-sama merencanakan langkah-langkah pembelajaran termasuk metode, media, dan instrumen evaluasinya. Melalui penelitian tindakan kelas, pendidikan dapat mencapai tujuannya dengan lebih baik.
Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berlangsung dengan cara salah seorang pendidik (guru atau dosen) melakukan praktek pembelajaran yang direncanakan di kelas dan yang lain mengamati proses pembelajaran tersebut. Setelah selesai pembelajaran akan dievaluasi bersama dan diperbaiki bila ada yang kurang tepat. Hasil evaluasi ini sangat bermanfaat untuk memperbaiki proses belajar mengajar berikutnya sekaligus untuk berbagi pengalaman dan temuan dari hasil evaluasi tersebut pada dosen lain. Kegiatan ini selain dapat meningkatkan kompetensi pendidik, terutama yang terkait dengan perancangan pencapaian kompetensi, pengetahuan didaktik, kapasitas mengamati siswa, hubungan dengan kolega dan saling kerja sama, juga sekaligus meningkatkan kompetensi siswa. PTK adalah suatu pendekatan untuk memperbaiki pendidikan melalui perubahan, dengan mendorong para guru agar mau memperbaiki cara mengajarnya. PTK bersifat partisipatif, karena melibatkan guru matematika dalam observasinya sendiri, dan kolaboratif, karena melibatkan pendidik lain (guru lain, dosen atau calon guru) sebagai bagian dari suatu kegiatan yang hasilnya dapat dinikmati bersama.
HOTS (Higher Order Thinking Skills) atau kemampuan berpikir tingkat tinggi menekankan siswa untuk dapat menemukan ide-ide baru dari pengetahuan yang didapatkan. Kemampuan berpikir tingkat tinggi ini meliputi kemampuana berpikir kritis dan pemecahan masalah.
Pendekatan worked example sebagai media pembelajaran menginstruksikan siswa untuk mempelajari model-model penyelesaian masalah matematika yang telah disiapkan dengan berbagai variasi. Dalam pembelajaran dengan worked example, siswa dengan pengetahuan awal yang rendah, diinstruksikan untuk mempelajari bagaimana penyelesaian masalah yang diberikan pada contoh. Mempelajari dalam hal ini berarti memahami secara menyeluruh (bukan sekedar meniru), sehingga keberadaan contoh harus dengan desain yang memudahkan untuk dipahami.
Kemampuan guru untuk menerapkan cognitive load theory dalam menyusun worked example diharapkan dapat meningkatkan kompetensi kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Kegiatan ini harus melibatkan dosen ahli pembelajaran matematika dan juga ahli pengembangan pembelajaran matematika berbasis masalah serta pengembangan bahan ajar dengan pendekatan worked example dapat memfasilitasi siswa dengan kemampuan awal yang rendah sehingga tindakan yang diambil juga berkontribusi pada peningkatan kemampuan HOTS siswa. Dengan pendekatan worked example pada pembelajaran matematika diharapkan dapat memfasilitasi siswa untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Secara umum PTK ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi HOTS siswa melalui pembelajaran matematika yang inovatif. PTK ini sekaligus meningkatkan kemampuan pedagogis guru, terutama dalam pengembangan metode pembelajaran matematika dengan pendekatan worked example.
II. Metode Penelitian
Kegiatan penelitian pembelajaran matematika ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 4 Pakem (sebagai mitra UNY) melibatkan guru-guru matematika di SMP tersebut, melalui tahapan di bawah ini:
Tahap perencanaan (Plan) bertujuan untuk menghasilkan rancangan pembelajaran yang diyakini mampu membelajarkan peserta didik secara efektif serta membangkitkan partisipasi aktif peserta didik dalam pembelajaran. Perencanaan yang baik tidak dapat dilakukan secara sendirian. Pada tahap ini beberapa pendidik dapat berkolaborasi untuk memperkaya ide terkait dengan rancangan pembelajaran yang akan dihasilkan, baik dalam aspek pengorganisasian bahan ajar, aspek pedagogis, maupun aspek penyiapan alat bantu pembelajaran. Sebelum ditetapkan sebagai hasil final, semua komponen yang tertuang dalam rancangan pembelajaran dicobaterapkan (disimulasikan). Pada tahap ini juga ditetapkan prosedur pengamatan termasuk instrumen yang diperlukan.
Tahap pelaksanaan tindakan (Do) dimaksudkan untuk menerapkan rancangan pembelajaran yang telah dirumuskan pada tahap sebelumnya. Salah satu anggota bertindak sebagai ”dosen model” sedangkan yang lain bertindak sebagai pengamat (observer). Pengamat lainnya (selain anggota kelompok perencana) juga dapat bertindak sebagai observer. Fokus pengamatan diarahkan pada aktivitas belajar peserta didik dengan berpedoman pada prosedur dan intrumen pengamatan yang telah disepakati pada tahap perencanaan, bukan untuk mengevaluasi penampilan dosen yang sedang bertugas mengajar. Selama pembelajaran berlangsung, pengamat tidak boleh mengganggu atau mengintervensi kegiatan pembelajaran. Pengamat juga dapat melakukan perekaman kegiatan pembelajaran melalui video kamera atau foto digital untuk keperluan dokumentasi atau bahan diskusi pada tahap berikutnya, atau bahkan untuk kegiatan penelitian. Kehadiran pengamat di dalam ruang kelas di samping mengumpulkan informasi juga dimaksudkan untuk belajar dari pembelajaran yang sedang berlangsung.
Tahap refleksi dimaksudkan untuk menemukan kelebihan dan kekurangan pelaksanaan pembelajaran. Dosen yang telah bertugas sebagai pengajar mengawali diskusi dengan menyampaikan kesan-kesan dalam melaksanakan pembelajaran. Kesempatan berikutnya diberikan kepada anggota kelompok perencana yang bertindak sebagai pengamat. Selanjutnya pengamat dari luar diminta menyampaikan komentar dari pembelajaran terutama berkenaan dengan aktivitas peserta didik. Kritik dan saran disampaikan secara bijak tanpa merendahkan atau menyakiti dosen model demi perbaikan. Sebaliknya, pihak yang dikritik harus dapat menerima masukan dari pengamat untuk perbaikan pembelajaran berikutnya. Berdasarkan masukan dari diskusi ini dapat dirancang kembali pembelajaran berikutnya yang lebih baik.
Dalam kegiatan open class hadir sejumlah pengamat (observer). Jumlah observer yang melakukan pengamatan tidak ada ketentuan minimal atau maksimal. Yang menjadi pertimbangan adalah ketersediaan ruang kelas yang sesuai untuk sejumlah pengamat. Para pengamat dapat mengamati secara leluasa dan dapat mendekat ke siswa, agar dapat melihat dan mendengarkan dengan jelas apa saja yang dilakukan dan dibicarakan siswa dalam belajar. Para pengamat juga dapat mengamati apakah tingkah laku siswa tersebut terkait atau mendukung efektivitas pencapaian tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, ruang kelas harus ditata sedemikian rupa agar proses open class berjalan lancar.
III. Hasil dan Pembahasan
Penelitian tindakan kelas (PTK) dilaksanakan di kelas 7A SMP Negeri 4 Pakem. Adapun jadwal pelaksanaan penelitian seperti pada Tabel 6.
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Sesuai dengan prosedur penelitian tindakan kelas, maka tahapan yang dilaksanakan pada setiap siklusya terdiri dari perencanaan, tindakan dan observasi, dan refleksi. Deskripsi hasil penelitian pada masing-masing siklus diuraikan sebagai berikut.
A. Pertemuan 1
Guru mempersiapkan kelas sebelum memulai pembelajaran dengan menuliskan pengumuman pada google classroom dan meminta siswa untuk bergabung dalam zoom meeting. Para observer juga bergabung dalam zoom untuk memantau seluruh aktivitas siswa selama proses pembelajaran namun tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran.
Pembelajaran dimulai dengan berdoa, guru mengecek kehadiran, dan menyiapkan peserta didik untuk mengikuti pembelajaran. Kemudian guru melakukan apersepsi untuk mengingatkan materi sebelumnya yaitu penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar, sifat distributif, serta operasi perkalian pada bilangan bulat dengan menampilkan powerpoint yang berisi beberapa pertanyaan. Untuk mengecek ingatan peserta didik tentang sifat distributif, guru menuliskan apakah sama dengan. Kemudian disimpulkan ke bentuk . Hal ini didasarkan pada pengalaman guru sebelumnya yaitu peserta didik lebih mudah memahami apabila dikenalkan dengan metode perumpamaan atau analogi dari khusus ke umum. Pada kegiatan ini peserta didik mampu merespons dengan cepat dan benar. Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik sudah mengingat materi prasyarat.
Kemudian dilanjutkan penyampaian tujuan pembelajaran, yaitu agar siswa dapat menyelesaikan masalah operasi perkalian dalam bentuk aljabar dan pemberian motivasi terkait masalah perkalian dalam bentuk aljabar dengan menampilkan contoh masalah nyata.
Guru meminta peserta didik untuk membuka aplikasi Algebra Tile yang sudah diunduh sebelumnya dan mendemonstrasikan fitur-fitur dasar penggunaan aplikasi. Guru memberikan contoh untuk menentukan hasil perkalian dua bentuk aljabar dengan menggunakan Algebra Tile. Guru meminta peserta didik mengunduh LKPD di Google Classroom dan menjelaskan petunjuk pengerjaan dan peserta didik diminta untuk mengerjakan LKPD berbantuan aplikasi Algebra Tile.
Untuk menyelesaikan soal nomor 2 LKPD, guru menunjuk peserta didik secara acak untuk membuat model matematika dari panjang dan lebar tanah Pak Rudi dan peserta didik tersebut menjawab secara benar dan dikonfirmasi oleh peserta didik lainnya. Ada salah satu peserta didik yang diminta untuk menunjukkan hasil screenshoot dari hasil perkalian dua bentuk aljabar berbantuan aplikasi Algebra Tile. Guru meminta peserta didik lain untuk membandingkan hasil pekerjaannya dengan yang ditampilkan untuk menanggapi temannya yang presentasi. Gambar 1 berikut menunjukkan hasil screenshoot pekerjaan siswa.
Gambar 1. Hasil Pekerjaan Siswa Menggunakan Algebra Tile
Untuk soal nomor 3, guru menunjuk salah satu peserta didik untuk menampilkan hasil perkalian dari (x+3)(y+1) dengan menggunakan aplikasi Algebra Tile.. Namun, peserta didik tersebut belum menentukan luas dari persegi panjang atau dengan kata lain ia belum menyimpulkan hasilnya. Guru tersebut meminta peserta didik membuka aplikasi Algebra Tile dan memintanya mempraktikkan dengan memberikan scaffolding. Selanjutnya, guru menampilkan berisi tentang contoh perkalian bentuk aljabar dengan metode skema dan distributif dan peserta didik diminta untuk menyimpulkan langkah-langkah mengalikan dua bentuk aljabar dengan menggunakan kedua metode tersebut dan mencari perbedaannya. Untuk memperkuat pemahaman peserta didik, peserta didik diminta untuk mengerjakan latihan soal dengan menerapkan kedua metode tersebut dan dibahas bersama.
Guru meminta salah satu peserta didik untuk membuat kesimpulan tentang pembelajaran hari ini. Guru menginfokan bahwa pertemuan selanjutnya akan melanjutkan materi tentang menyelesaikan masalah nyata tentang perkalian bentuk aljabar.
A. Pertemuan 2
Guru mempersiapkan kelas sebelum memulai pembelajaran dengan menuliskan pengumuman pada google classroom dan meminta peserta didik untuk bergabung dalam zoom meeting. Para observer juga bergabung dalam zoom untuk memantau seluruh aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran namun tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran.
Pembelajaran dimulai dengan berdoa, guru mengecek kehadiran, dan menyiapkan peserta didik untuk mengikuti pembelajaran. Kemudian guru melakukan apersepsi untuk mengingatkan materi sebelumnya yaitu perkalian bentuk aljabar dengan dua metode, yaitu skema dan distributif. Kemudian dilanjutkan penyampaian tujuan pembelajaran, yaitu agar siswa dapat menyelesaikan masalah nyata terkait operasi perkalian dalam bentuk aljabar.
Guru meminta peserta didik untuk membuka LKPD pada bagian soal. Guru membimbing peserta didik untuk mengidentifikasi informasi penting setiap soal. Pada soal nomor 2, guru meminta peserta didik menentukan jenis bangun datar beserta panjang dan lebarnya. Peserta didik diminta untuk mengingat rumus luas persegi panjang dan mengaitkannya dengan informasi yang sudah diketahui pada soal.
Pada soal nomor 3, guru meminta peserta didik untuk menuliskan informasi penting dari soal. Selanjutnya, peserta didik diminta membuat model matematika dari panjang sisi kebun Pak Abi dan panjang serta lebar dari kebun Pak Beni. Peserta didik juga diminta untuk menentukan luas dari kebun mereka dengan menggunakan informasi yang sudah diketahui dan menentukan hubungan antara kedua luas kebun tersebut untuk mencari nilai dari variabel baru kemudian menentukan luas dari kebun Pak Beni. Sebagian besar peserta didik mampu menjawab benar soal tersebut. Kesulitan untuk menyelesaikan soal nomor 3 adalah diperlukan materi prasyarat persamaan linear satu variabel, padahal peserta didik belum mendapatkan materi tersebut. Solusinya adalah guru memberikan scaffolding untuk membantu peserta didik menentukan nilai dari variabel. Berikut adalah contoh jawaban peserta didik soal nomor 3.
Gambar 2. Hasil Pekerjaan Siswa Nomor 3
Untuk menyelesaikan soal nomor 4, guru meminta peserta didik menuliskan informasi penting pada soal dan membuat model matematika dari panjang persegi panjang besar. Peserta didik diminta menentukan luas dari persegi panjang besar dan kecil dan mencari hubungannya. Kemudian, peserta didik menentukan panjang/lebar dari persegi panjang kecil dan menggunakannya untuk menentukan panjang/lebar persegi kecil yang belum diketahui. Setelah itu, peserta didik diminta untuk menentukan panjang dan lebar persegi panjang besar dan menentukan keliling persegi panjang yang besar. Sebagian besar peserta didik mampu mengikuti instruksi dengan baik. Contoh jawaban peserta didik untuk soal nomor 4 disajikan pada Gambar 3 berikut.
Gambar 3. Hasil Pekerjaan Siswa Nomor 4
Untuk menyelesaikan soal nomor 5, guru meminta peserta didik untuk mengerjakan secara mandiri. Kesulitan siswa pada soal nomor 5 adalah memfaktorkan bentuk aljabar . Guru memberikan scaffolding dengan mengingatkan tentang sifat distributif perkalian terhadap penjumlahan. Contoh jawaban peserta didik untuk soal nomor 5 disajikan pada Gambar 4. berikut
Gambar 4. Hasil Pekerjaan Siswa nomor 5
Guru meminta salah satu peserta didik untuk membuat refleksi tentang pembelajaran hari ini, terkait langkah-langkah dalam menyelesaikan masalah nyata. Guru menginfokan bahwa pertemuan selanjutnya akan melanjutkan materi tentang pembagian bentuk aljabar dan meminta peserta didik membaca materi yang ada di buku.
A. Pertemuan 3
Guru Menyusun RPP untuk kegiatan pertemuan 3 serta menyiapkan bahan- bahan untuk pembelajaran, yaitu PPT, LKPD, dan soal- saol pemantik yang akan ditampilkan. Guru mempersiapkan kelas sebelum memulai pembelajaran dengan menuliskan pengumuman pada google classroom dan meminta siswa untuk bergabung dalam zoom meeting. Para observer yang terdiri dari guru mata pelajaran, dosen, dan mahasiswa juga bergabung dalam zoom untuk memantau seluruh aktivitas siswa selama proses pembelajaran namun tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran.
Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai sambIl menunggu siswa masuk ke ruang zoom, guru mengecek kehadiran siswa dengan memanggil nama siswa berdasarkan nomor urut. Ada satu siswa yang belum hadir dan guru langsung melaporkan ke guru BK. Sebagian besar siswa sudah masuk ke ruang zoom sehingga tidak menunggu waktu lama, semua siswa telah bergabung ke ruang zoom. Siswa dengan kesadarannya sendiri sudah menempatkan dirinya untuk siap dalam pembelajaran dengan meragam sekolah dan mengaktifkan kamera saat mengikuti pembelajaran, sehingga guru dapat melihat kesiapan siswa. Kemudian, pembelajaran dimulai dengan berdoa yang dipimpin oleh salah satu siswa. Siswa yang memimpin berdoa dijadwalkan setiap pertemuan. Siswa sangat antusias mengikuti pembelajaran dilihat dari tanggapnya siswa yang bertugas menjadi pemimpin berdoa. tidak perlu waktu lama untuk memimpin teman-temannya berdoa bersama-sama. Guru menanyakan kepada siswa apa yang akan dipelajarai pada pertemuan ini sebagai bentuk penyampaian tujuan pembelajaran yaitu mengenai pembagian bentuk aljabar.
Selanjutnya, guru melakukan apersepsi yaitu materi yang didapakan saat siswa menempuh Pendidikan di bangku Sekolah Dasar (SD) yaitu tentang paragapit. Guru menampilkan whiteboard dilayar zoom kemudian memberikan satu soal untuk coba siswa kerjakan. Siswa sangat aktif dalam menjawab soal yang diberikan guru dan dapat dilihat bahwa siswa sudah paham dalam materi penunjang tersebut. Dari kegiatan tersebut guru menegaskan Kembali sambal bertanya kepada ssiwa mengenai posisi pembagi, hasil bagi dan sisa. Kemudian guru meminta siswa untuk menyebutkan bilangan yang tidak memiliki sisa Ketika dibagi. Kemudian siswa menjawab dan memberikan cotoh bilangan yang tidak habis jika dibagi yaitu 10 dibagi 8. Selain itu, guru juga memberikan pemantik kembali sebagai apersepsi yaitu materi pembagian bilangan bulat. Guru memberikan soal mengenai pembagian bilangan positif dibagi bilangan positif, bilangan positif dibagi bilangan negative, dan bilangan negative dibagi bilangan negative. Saat ditanya oleh guru siapa yang akan menjawab pertanyaan tersebut, siswa saling berebut untuk mengerjakna soal yang diberikan oleh guru. Sehingga, dapat dilihat pada tahap ini, antusiasme siswa sangat tinggi. Dari jawaban- jawaban yang disampaikan oleh siswa semuanya benar dan guru memberikan kesimpulan dan memberi penegasan untuk selalu mengingat bahwa jika positif dibagi positif hasilnya postif, positif dibagi negative sama dengan negative, dan negative dibagi negative sama dengan negative.
Saat akan masuk ke inti pembelajaran, guru memastikan siswa bahwa sudah mengunduh LKPD yang diunggah guru di Google Classroom. Setelah siswa menyampaikan bahwa sudah mengunduh LKPD, guru menampilkan LKPD untuk diamati bersama-sama. Guru dan siswa mencermati LKPD yang berisi permasalahan dan solusi.
Pada kegiatan selanjutnya dalam LKPD, guru meminta siswa untuk mengamati lagi dari permasalahan yaitu pembagian bentuk aljabar kemudian ke solusi yang ada. Lalu ada siswa yang menyampaikan prosedur dari mana solusi itu didapatkan. Siswa lain sepakat denga napa yang disampaikan siswa tersebut mengenai prosedur yang dilalui untuk mendapatkan solusi. Sehingga, siswa lain sudah paham mengenai hal tersebut. Terdapat tiga contoh permsalahan dan solusi yang ditampilkan siswa untuk diamati dan siswa menyebutkan bagaimana prosedur bagaimana mendapatkan solusi permasalahan itu. Siswa yang menjawab pertanyaan berbeda tiap soal sehingga, tidak hanya satu siswa saja yang aktif dan siswa yang lainnya aktif untuk memebrikan tanggapan, baik bertanya maupun menyatakan sepakat. Setelah beberapa contoh masalah dan solusi ditampilkan, siswa menyimpulkan prosedur untuk menyelesaikan pembagian bentuk aljabar kemudian diisikan dalam LKPD sesuai format yang ada. Kegiatan selanjutnya di LKPD, ada pertanyaan- pertanyaan di LKPD yang harus di kerjakan oleh siswa. Pada saat kegiatan pembelajaran, guru memberikan kesempatan siswa untuk mengerjakan LKPD dengan membrikan waktu 20 menit. Selama waktu kerja 20 menit itu siswa benar- benar memanfaatkan waktu untuk mengerjakan LKPD dilihat dari zoom dimana siswa mengaktifkan kamera dan siswa bebarpa konfirmasi mengenai LKPD yang dikerjakan. Setelah siswa diberi waktu untuk mengerjakan, siswa menampilkan hasil kerjanya dengan menayangkannya. Siswa lain sepakat dengan hasil yang ditampilkan siswa tersebut dan guru mengonfirmasi jawaban siswa tersebut. Dari pembagian tersebut, ada pertanyaan siswa mengenai pembagian bentuk aljabar yang didapatkan hasilnya bahwa pembagian penyebutnya tidak boleh nol. Karena hasilnya tidak terdefinisi. Setelah siswa mempresentasikan hasilnya kegiatan selanjutnya di LKPD yaitu Latihan soal yang dijadikan sebagai tugas.
Untuk soal nomor 1 dan 2 peserta didik dapat mengerjakan dengan mudah dan benar. Berikut contoh jawaban peserta didik.
Gambar 5. Hasil Pekerjaan Siswa Nomor 1 dan 2
Untuk soal nomor 3, guru memberikan scaffolding berupa pertanyaan pancingan untuk membantu peserta didik menyelesaikan. Berikut contoh jawaban peserta didik.
Gambar 6. Hasil Pekerjaan Siswa Nomor 3
Kegiatan penutup dimulai dengan kesimpulan yang dirumuskan oleh siswa dan guru. Siswa menjawab pertanyaan guru mengenai materi pelajaran yang ditempuh pada pertemuan tersebut. Kemudian, guru mengingatkan untuk menyelesaikan LKPD dan dikumpulkan di Google Classroom. Karena waktu pembelajaran telah selesai, guru menutup pembelajaran dengan doa dan salam. Siswa berdoa bersama-sama, menjawab salam, dan mengucapkan terima kasih kepada guru. Setelah itu, guru menutup room zoom.
A. Pertemuan 4
Guru membuka pembelajaran dengan melakukan presensi dan meminta salah satu peserta didik untuk memimpin doa. Guru melakukan apersepsi dengan menampilkan powerpoint yang berisi pertanyaan tentang KPK dan FPB, penyederhanaan bentuk aljabar, operasi pada pecahan bentuk aljabar. Pada kegiatan ini, peserta didik mampu merespon dengan baik dan direspon dengan cepat. Selanjutnya, guru memberikan bentuk aljabar pecahan yang hanya bisa disederhanakan dengan pemfaktoran sebagai motivasi. Kemudian dilanjutkan dengan penyampaian tujuan pembelajaran.
Guru mengingatkan peserta didik untuk menentukan hasil kali dari dua bentuk aljabar dengan aplikasi Algebra Tile. Kemudian dengan konsep yang sama, guru bertanya apabila sudah diketahui suatu bentuk aljabar kuadrat ingin diubah menjadi perkalian dua bentuk aljabar hubungannya bagaimana. Peserta didik mampu memahami bahwa yang dicari adalah panjang dan lebar dari suatu persegi panjang. Guru meminta peserta didik melihat tampilan Aktivitas 1 LKPD dan menjelaskan petunjuk pengerjaan dan meminta peserta didik mengerjakannya dengan berbantuan aplikasi selama 10 menit.
Selanjutnya guru meminta salah satu perwakilan untuk sharescreen menunjukkan hasil pekerjaaannya. Jawaban dari peserta didik tersebut juga sudah benar.
Gambar 6. Hasil Pekerjaan Siswa dengan LKPD
I. Simpulan dan Saran
Berdasarkan hasil pelaksanakan dan observasi, pembelajaran dengan pendekatan worked example dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Hal ini didukung oleh adanya peningkatan rata-rata nilai pretest 62 meningkat jika dibandingkan dengan rata-rata nilai post test yaitu 70. Namun, hasil ini masih di bawah KKM sekolah, yaitu 80.
Saran berdasarkan hasil penelitian ini adalah Pembelajaran dengan metode ini dapat diterapkan untuk memfasilitasi peserta didik dalam meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi namun dengan siklus yang lebih panjang untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal.
Ucapan Terima Kasih
Ucapan terima kasih kepada pihak SMP Negeri 4 Pakem baik kepala sekolah, guru mata pelajaran matematika, dan siswa-siwa yang terlibat dalam penelitian ini. Terima kasih pula kepada tim dosen Pendidikan Matematika FMIPA UNY yang banyak membantu pelaksanaan penelitian ini.
Daftar Pustaka
- Atkinson, R. K., Derry, S. J., Renkl, A., & Wortham, D. (2000). Learning from Examples: Instructional principles from the worked examples research. Review of Educational Research, 70(2), 181-214. doi:10.3102/00346543070002181
- Mayer, R. E. (1999). The promise of educational psychology: Learning in the content areas (Vol. II). Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall.
- (2000). Principles and standards for school mathematics. Reston, VA: Author.K. Elissa, “Title of paper if known,” unpublished.
- Paas, F., Tuovinen, J. E., Tabbers, H., & Van Gerven, P. W. M. (2003). Cognitive load measurement as a means to advance cognitive load theory. Educational Psychologist, 38(1), 63-71. doi:10.1207/s15326985ep3801_8
- Retnowati, E. (2012, 24-27 November). Worked example in mathematics. Paper presented at the The 2nd International Conference of STEM in Education, Beijing Normal University, China. Retrieved from http://stem2012.bnu.edu.cn/data/short%20paper/stem2012_88.pdf.
- Retnowati, E., Ayres, P., & Sweller, J. (2010). Worked example effects in individual and group work settings. Educational Psychology, 30(3), 349-367. doi:10.1080/01443411003659960
- Saputra, Hatta. 2016. Pengembangan Mutu Pendidikan Menuju Era Global: Penguatan Mutu Pembelajaran dengan Penerapan HOTS (High Order Thinking Skills). Bandung: SMILE’s Publishing.
- Savery, J. R. (2006). Overview of Problem-based Learning: Definitions and Distinctions. Interdisciplinary Journal of Problem-Based Learning, 1(1), 9-20. doi:10.7771/1541-5015.1002
- Sweller, J. (2010). Element Interactivity and Intrinsic, Extraneous, and Germane Cognitive Load. Educational Psychology Review, 22(2), 123-138. doi:10.1007/s10648-010-9128-5
- Sweller, J., Ayres, P., & Kalyuga, S. (2011). Cognitive load theory. New York, NY: Springer.
- Tarmizi, R. A., & Sweller, J. (1988). Guidance during mathematical problem solving. Journal of Educational Psychology, 80(4), 424-436.